mata kabur oleh racun media, telinga tuli oleh kebenaran
otak terkunci doktrin, hati tertutup ilusi
dunia di zaman globalisasi
telah hilang jati diri dan kebangsaan
masih adakah harkat martabat manusia
menikmati harumnya bunga bersama kupu-kupu
sejuknya desiran angin yang berhembus lembut
segar nya air sumur gantung telaga di awang-awang
membiarkan mulut berkomat kamit dalam doa
mengucap syukur atas segala nikmatnya
bercengkrama di bawah hangat nya sinar matahari
memeluk keluarga penuh dengan rasa cinta
jangan biarkan mulut terkatup dan tangan dan mata bergerak
hidup dalam ilusi di bawah beton dan baja
dengan layar monitor hp dan laptop
itu bukan lah kehidupan merdeka, tapi perbudakan
super moon tersenyum di tengah bulan November
angin berkejaran di langit membuat bumi bergertar
gempa menguncang Cilacap dan Malang dalam skala ritchter
kota dan desa di meriahkan banjir dan banjir
senandung suara alam dalam bergelombang
menerjang Bangka-Belitung dengan puting beliung
porak poranda rumah tempat berlindung
alam menyapa membuat negri ini berkabung
matahari mungkin sedang bingung
bulan tersenyum melihat matahari merenung
air laut di hempas jadikan gelombang pasang
porak poranda pantai di terjang
Jakarta tersenyum terbebas banjir
Bandung, Aceh dan kota lain di landa banjir
jalan raya penuh dengan air yang mengalir
saksikan sabda alam yang marah berdesir
JATIDIRI bangsa Indonesia harus kembali
bangga akan kultur budaya warisan leluhur
yang sempat terkubur oleh penjajah
menjauhkan bangsa Indonesia dalam Panca Sila SAKTI
pemograman mental berabad-abad telah berhasil
merampas jiwa rakyat bangsa Indonesia
menjadi mesin pembunuh antar saudara
bangun dan cepatlah tersadar
bila jatidiri bangsa Indonesia telah kembali
seluruh rakyat bergandeng tangan
pasti mampu membungkam tirani dunia
jalankan peran memimpin kedamaian dunia
jatidiri bangsa harus cepat kembali
bangsa ini sudah hilang jiwa
kembali kepangkuan bumi
dimana tempat darah tercurah
rakyat telah hilang jiwa
karena terlepas dari JATIDIRI bangsa
yang di tanam paksa oleh penjajah
berabad-abad berusaha memecah belah
Indonesia belum merdeka sampai saat ini
penjajah telah berhasil menjajah mental
menghapus kultur budaya asli bangsa Indonesia
menjadikan bangsa yang tak sadarkan diri
sadar dan merenunglah
jadilah bangsa yang merdeka secara hakiki
ibu bumi telah memanggil
untuk kembali kepangkuannya
dunia ilusi telah membius bangsa
ajaran"taat", "patuh" dan tanpa pamrih
hilangnya harkat ke manusiaan
menjadi "budak" ambisi global(RORO)
sadar dan merenunglah sejenak, atas apa yang telah dilakukan
maju bersama komunitas, apakah yang engkau cari
dalam ajara konspirasi, pemograman mental penjajah
yang ingin manusia nusantara silih baku hantam
sadarkah, pemimpin komunitasmu adalah manusia biasa
yang berusaha mencari sesuap nasi dalam piring emas
yang rela membiarkan engkau berlelah-lelah
dengan imbalan sedikit rupiah, hanya sedikit remah-remah
merenunglah sejenak, manusia tak ada yang sempurna
ajaran warisan leluhur kultur budaya asli Indonesia
tindakan tak terpuji pasti tak akan dilakukan
karena kesalahan yang di buat manusia adalah wajar
silih asah, mengingatkan itu yang baik
orasi kebun binatang hanya menuai prahara'
bukan karakter asli bangsa Indonesia
silih asih silih asah silih asuh jiwa SUNda nusantaRA
ulah segelintir pemicu ricuh
berharap sentilan nya membakar
nafsu amarah angkara murka
yang tak jelas maksud dan tujuan
sadar diri dan merenunglah sejenak
siapakah yang sebenarnya kau bela
pemimpin agama yang terdekat denganmu
yang telah memperalat dirimu
engkau telah terjajah
oleh pemograman ajaran
yang menjual kengerian api neraka
dan menjual keindahan surga
apakah engkau tahu yang sebenar nya
engkau telah di buat menjadi zombi
pemograman mental dalam doktrin
menjadikan engkau budak yang patuh taat tanpa pamrih
demo damai bersih terkendali
beraspirasi memuaskan hati
di tengah demo rakyat bebas berorasi
tercipta indah nya demokrasi
kesadaran rakyat yang tinggi
dapat menilai ajakan konspirasi
yang hanya menguntungkan di satu sisi
demi cita-cita yang penuh ambisi
mengerahkan massa dalam demo damai
jangan sampai di tunggangi ambisi
terselubung dalam aspirasi yang murni
kekuatan massa memicu emosi
sadar akan nilai NKRI harga mati
bukan untuk membela kepentingan pribadi
menyampaikan aspirasi dengan cerdik dan pandai
jalan tak mulus menyiasati konpirasi
lihatlah pelupuk mata ini
tak akan kubiarkan airmata terjatuh
karena aku tahu pasti
hasut dan hianat telah kau terima
jangan, jangan menegurku dan memarahiku
aku tidak akan menangis, aku tidak akan sakit hati
lautan maaf tersedia untuk anak-anakku
rasa sayang yang tiada batas
lihatlah pelupuk mata ini
tidak akan ada air mata menetes
kasih sayang untuk anak-anakku
tak akan pernah aku lepaskan
lihatlah pelupuk mata ini, menatap tajam
aku berjalan keluar rumah, karena aku sadar diri
aku bukan ibu yang selalu ada di rumah
aku membanting tulang untuk hidup keluargaku
aku bukan seorang ibu yang selalu menimangmu
yang merawat dan mengajakmu bermain
suster dan pembantu yang mengasuh dan menjagamu
tapi bukan berarti aku tak menyayangimu
aku bukan seorang ibu yang menemanimu belajar
yang menghabiskan waktu sepanjang hari
untuk mengasuhmu dan membimbingmu
aku seorang ibu yang harus mencari nafkah
jangan menuduhku tak menyayangimu
jangan menuduhku tak mengasuhmu
jangan menuduhku tak merawatmu
jangan menuduhku tak menemanimu
aku menyayangimu dengan caraku
yang mungkin tak pernah dapat engkau terima
saat aku harus berjuang mencari nafkah
macet di jalan, jadi kacung di kantor, hanya demi uang
menjadi tua, semakin tua dan tak berdaya
tak dapat lagi bekarya dan mencari
tapi harus tetap menjadi berarti
walau panti jompo alasan pasti
satu perasaan yang tak pernah lepas dari orang tua
rasa khawatir dan sedih melihat anak-anaknya
tak pernah lepas dari pikiran orang tua
walau hanya dapat melihat dan menutup mulut
menjadi orang tua bertambah cerewet
anak-anak tak suka mendengarnya
biarlah kututup mulut ini dan berjalan
panti jompo tujuan terminal terakhir
tempat di mana pasti tak ada yang ingin mendengar
tempat pasti di mana dapat duduk sendiri dan tersenyum
saat angan di masa muda terlintas
indahnya perjuangan hidup, menata kehidupan
pasrah atas suratan nasib dan takdir
hidup serasa di dalam kincir
bangun, terjatuh dan bangun lagi
entahlah sampai berapa kali
terjatuh, sakit meringis tak dapat menangis
terlalu banyak penderitaan hidup yang di alami
tak mengerti apa yang sedang terjadi
rasa bahagia selalu cepat terengut
terjatuh dan tak boleh terlentang
harus cepat bangun dan berlari
karena aku tahu dengan pasti
anak-anak di rumah pasti menanti
tak pernah merasakan letih dan lelah
berjuang demi hidup dan tanggung jawab
membiayai hidup dan pendidikan
yang tak pernah dapat di tunda
panti jompo adalah surga bagiku
tempat aku dapat tersenyum
tempat aku merasa lega
tak mendengar teguran dan amarah
aku tahu dan tak pernah menyesal
karena aku tak pernah menjadi ibu
aku hanya wanita pekerja yang berkarir
menopang segala kebutuhan rumah tangga
panti jompo adalah terminal terakhirku
tempat aku menyadari salah dan bangga
membiarkan anak di urus suster dan pembantu
panti jompo lah tempat yang tepat
di saat telah menjadi tua renta tak bertenaga
duduk sendiri tersenyum mengenang
membanting tulang siang dan malam
demi memberi bekal hidup anak-anak
biarlah panti jompo menjadi tempatku
karena aku tak pernah menjadi ibu
tak pernah menjaga mu dan mengasuhmu
hanya suster dan di temani pembantu
sekarang engkau telah dewasa dan ber keluarga
ku doakan kau bahagia dan sejahtera
antarkanlah aku ke panti jompo
tempat yang layak untuk menunggu panggilan
aku tahu kebencianmu melihatku
saat aku tua renta dan tak berdaya
tak akan pernah ada bangga
karena tak dapat kutinggalkan kekayaan
biarkan lah aku di panti jompo
tempat di mana aku tidak menangis
tempat aku merasa bangga diri
telah berjuang di seumur hidupku
aku yang tua dan sudah tiada guna
tenagapun sudah tak ada lagi
lagi pula engkau sudah beristri
doaku agar kau bahagia dan sejahtera
aku orang tua yang memang tiada guna
di usia muda ku aku sibuk mencari
biarlah sekarang aku merasa rugi
dan tak layak tinggal bersamamu
masa kecil mu bersama suster dan pembantu
kuhabiskan waktu muda ku untuk berkarir
pergi di pagi hari saat kau masih tertidur
pulang di malam hari saat kau tertidur
aku bukan orang tua yang layak kau urus
karena aku tak pernah menjadi ibu
tak pernah menemanimu belajar dan bermain
waktu yang ada hanya Sabtu dan Minggu
antarkan aku ke panti jompo
biarlah aku bercengkrama dengan sesama
aku sadar atas semua yang terjadi
walau aku di panti jompo, janganlah berkecil hati